store.co.id

Kamis, 19 Juni 2014

Eksistensi Bahasa Arab sebagai Bahasa Internasional

   
istimewa
   Setiap hari bahkan setiap detik ada ragam bahasa diperdengarkan di telinga kita, baik bahasa nasional maupun bahasa asing yang semakin lama semakin memperlihatkan eksistensinya dalam pola pergaulan dan komunikasi masyarakat. Dengan banyaknya bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik bahasa daerah, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional plus bahasa asing  sepertinya sudah memperlihatkan ekspresi persaingan yang sangat kentara.
  Dengan persaingan yang cukup ketat tersebut menjadikan beberapa bahasa tersebut menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan dan diperdebatkan dalam forum-forum ilmiah maupun dalam perbincangan di warung kopi maupun kafe sekalipun. Harapannya di antara bahasa-bahasa tersebut dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar yang baik dan dipahami dan dipelajari dengan cara yang baik pula. Sehingga, dengan penggunaan bahasa-bahasa tersebut tentu saja menuntut pengetahuan, dan kemampuan secara praktis dan tidak terbatas pada kemampuan menulis akan tetapi juga memuat empat kemampuan baik kemampuan mendengarkan, membaca, menulis dan bercakap-cakap dengan runtut dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.
  Bahasa Arab, sebagai salah satu bahasa asing bagi masyarakat Indonesia sepertinya semakin kehilangan makna dan eksistensinya. Terlihat sedikit sekali masyarakat terpelajar di Indonesia yang memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan pergaulan dengan relasi bisnis sekalipun. Padahal kita tahu bahwa Indonesia merupakan basis terbesar pembelajar dan pembaca bahasa Arab ini dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun saat ini memang penggunaan bahasa Arab masih terbatas pada kalangan cendekiawan muslim, kaum terpelajar (mahasiswa dan akademisi muslim) maupun pekerja yang saat ini tengah mencari penghidupan di tanah Arab, contohnya Saudi Arabia.
   Semakin menurunnya penggunaan bahasa Arab bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dunia yang menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, meskipun saat ini banyak juga akademisi yang sudah lama bergelut di dunia bahasa Jepang, China maupun bahasa Jerman yang juga pernah merajai akademisi Indonesia era 80-an di mana penggunaan bahasa Jerman sudah diajarkan di sekolah-sekolah menengah umum di Indonesia. Sehingga mau tidak mau karena semakin bergesernya pengaruh ekonomi dan kebutuhan global yang cenderung menempatkan negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan mereka sebagai tujuan pendidikan bagi kaum terpelajar di Indonesia seperti Amerika, Inggris, Australia, dan Singapura sehingga menuntut kaum terpelajar yang hendak mengenyam pendidikan di beberapa negara tersebut harus menguasai bahasa Inggris. Ditambah lagi dalam komunikasi dan organisasi internasional memang menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa pokok. Jadi secara otomatis masyarakat Indonesia dan pembuat kebijakan lebih cenderung menempatkan bahasa Inggris menjadi bahasa super penting disetiap diskusi-diskusi ilmiah ketimbang bahasa lainnya termasuk bahasa Arab.
   Kondisi ini tentu saja sangat bertolak belakang dengan kondisi masyarakat Indonesia yang notabene penganut muslim terbesar tapi mereka justru tidak mengenal apalagi menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tidak wajib paling tidak semestinya di sekolah-sekolah juga diperkenalkan dan diwajibkan menguasai bahasa Arab sebagai bahasa AlQur’an dan Hadits sebagai pedoman hidupnya.
   Namun demikian, masih ada secercah harapan dari kaum terpelajar, di mana saat ini Indonesia semakin dekat dengan negara-negara Arab seperti Saudi Arabia, Kuwait, Iraq, Mesir, Libya dan terakhir dengan Iran yang semakin mengkerucutkan konsensus untuk bekerjasama dalam segala bidang. Termasuk di dalamnya dalam riset dan tekhnologi termasu ekonomi dan bisnis.
  Namun demikian, karena bahasa Inggris sudah menjadi bahasa resmi internasional, penggunaan bahasa Arab semakin lama semakin kehilangan gregetnya lantaran sedikit sekali penggunaan bahasa ini dalam kancah internasional, melainkan hanya terbatas hubungan bilateral antara Indonesia dan negara-negara Arab. Padahal jika melihat dari sisi politik ekonomi, negara-negara Arab menyumbang kehidupan bagi seluruh negara dunia dengan minyaknya yang secara otomatis keberadaan negara-negara Arab tersebut juga sangat diperhitungkan, termasuk Indonesia sangat membutuhkan keberadaan negara-negara tersebut dalam pemenuhan kebutuhan minyak dalam negeri.
   Terlepas dari persoalan kuatnya cengkraman negara-negara Eropa dan Amerika dalam monopoli bisnis dan keuangan sebenarnya saat ini merupakakn kesempatan yang sangat tepat untuk menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi lintas internasional khususnya kawasan Asia-Afrika termasuk negara-negara Arab yang memiliki cadangan minyak terbesar dan tentu saja memiliki bargaining yang kuat dalam membentuk sistem perdagangan dunia.
   Semakin tergerusnya semangat berbahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya sudah memberi sinyal bahwa saat ini negara-negara Islam sudah semakin kehilangan memiliki ikatan emosional sesama masyarakat Islam dan lebih cenderung berkiblat pada masyarakat yang sama sekali tidak memahami budaya Islam.
Udin  : Kaifa Haaluka ?
Umar : Bikhoir walhamdulillah.
Wassalam

Sumber : bahasa.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar menggunakan hati nurani dan tidak mengandung SARA, SEX, dan POLITIK.